Sabtu, 10 Juli 2010

Misi Departemen Pendidikan Nasional

Misi Departemen Pendidikan Nasional
1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4. meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.
Selaras dengan Misi Pendidikan Nasional tersebut,
Depdiknas untuk tahun 2005 – 2009 menetapkan Misi sebagai berikut:
MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG MAMPU MEMBANGUN INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF.


Tabel 2.1.
Insan Cerdas Komprehensif dan Kompetitif

Makna Insan Indonesia Cerdas Komprehensif
Cerdas
spiritual
• Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Kompetitif
• Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan
• Bersemangat juang tinggi
• Mandiri
• Pantang menyerah
• Pembangun dan pembina jejaring
• Bersahabat dengan perubahan
• Inovatif dan menjadi agen perubahan
• Produktif
• Sadar mutu
• Berorientasi global
• Pembelajar sepanjang hayat
Cerdas
emosional & sosial
• Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya.
• Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang:
– membina dan memupuk hubungan timbal balik;
– demokratis;
– empatik dan simpatik;
– menjunjung tinggi hak asasi manusia;
– ceria dan percaya diri;
– menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta
– berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara.
Cerdas
intelektual
• Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif.
Cerdas
kinestetis
• Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas.
• Aktualisasi insan adiraga.

Makna Insan Indonesia Kompetitif
     Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan
     Bersemangat juang tinggi
     Mandiri
     Pantang menyerah
     Pembangun dan pembina jejaring
     Bersahabat dengan perubahan
     Inovatif dan menjadi agen perubahan
     Produktif
     Sadar mutu
     Berorientasi global
  _Pembelajar sepanjang hayat

Rabu, 07 Juli 2010

Peran Pelatih dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga

Sahabat di GWK Bali 2009

PERAN PELATIH DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SEKOLAH
Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa  kegiatan ekstrakurikuler termasuk bagian dari kegiatan Pengembangan Diri.
PENDAHULUAN
    Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa  kegiatan ekstrakurikuler termasuk bagian dari kegiatan Pengembangan Diri. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,  minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.  
    Visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik  yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Misinya yaitu:
1)    Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.
2)    Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan  diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
         
Kegiatan ekstra kurikuler yang biasanya diselenggarakan di sekolah biasanya meliputi kegiatan:
1)    Bidang science, misalnya: Kegiatan Kelompok Ilmiah Remaja
2)    Bidang art, misalnya: melukis, paduan suara, band
3)    Bidang skill, misalnya: pramuka, paskibraka, PMR (Palang Merah Remaja)
4)    Bidang sport, misalnya: sepakbola, bola basket, bolavoli, pencak silat
       
Dari berbagai macam kegiatan ini peserta didik diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,  minat, kondisi dan perkembangan peserta didik. Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler biasanya dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor, yaitu:
1)    Dorongan dari dalam (intrinsik), misalnya: keinginan dari lubuk hati didasarkan kepada potensi, minat dan bakat
2)    Dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya: pengaruh teman, orang tua
       
Peranan konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya diperlukan dalam memberikan arahan dan bimbingan agar peserta didik dapat memilih kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,  minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, agar kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi salah satu pijakan pengembangan diri peserta didik dalam meniti karier di masa depan.
Dari empat bidang kegiatan ekstrakurikuler di atas, penulis akan mengupas tentang kegiatan ekstra kurikuler olahraga,khususnya tentang peranan pelatih dalam kegiatan itu.
PELATIH
     Dalam bahasa Inggris istilah pelatih olahraga di sebut coach, sedangkan pekerjaan melatihnya di sebut coaching. Pelatih adalah seseorang yang memberikan latihan keterampilan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelatih olahraga adalah seseorang yang memberikan latihan keterampilan berolahraga tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pelatih minimal harus dapat membuat perencanaan, pengelolaan dan evaluasi latihan. Sekilas mengenai latihan (Bompa:1988) membagi program menjadi 3 periodisasi : periode latihan, periode pertandingan/kompetisi dan periode transisi.
    Kehidupan pelatih sama dengan masyarakat pada umumnya yang mempunyai falsafah hidup masing–masing. Falsafah menurut Martin and Lumsden (1987) adalah suatu sistem dari prinsip–prinsip yang dipakai untuk membimbing orang dalam kegiatan–kegiatannya, .......a system of principles for guidance in practical affairs.
    Kalau kita bicara mengenai falsafah coaching, kita bicara mengenai suatu perangkat sikap, atau prinsip – prinsip dasar menuntun tabiat dan perilaku pelatih di dalam situasi praktek. Ada pelatih yang falsafah coachingnya adalah ”memenangkan setiap pertandingan”, maka sikap dan perilakunya serta cara menangani olahraga dan peserta didiknya tercermin dalam falsafah tersebut. Berbeda dengan pelatih yang falsafahnya adalah ”menanamkan kepribadian dan perilaku  yang baik” pada peserta didiknya. Penanganannya juga akan berbeda dengan pelatih yang falsafahnya lain. Kombinasi falsafah  coaching untuk mencapai tujuan melatih mutlak diperlukan agar prestasi dan sikap sportif dapat tergapai secara sinergi.
    Dengan mengobservasi perilaku para peserta didik, kita biasanya akan dapat mengetahui falsafah pelatihnya. Gaya permainan para peserta didik, rasa hormat yang diperlihatkan kepada ofisial dan lawan–lawannya, bahasa yang digunakan, perilaku di luar lapangan, kesanggupan untuk mengatasi stres pertandingan, semangat bertanding, kesetiaan terhadap teman dan timnya, stamina serta kostum pertandingan , itu semua dapat merupakan sebagian dari indikator–indikator yang mencerminkan falsafah pelatihnya. Perilaku para peserta didik juga dapat mencerminkan apakah pelatihnya menganggap disiplin dan perilaku moral yang baik penting bagi timnya, like father like son and like coach like athlete.

TUGAS, PERAN DAN KEPRIBADIAN PELATIH
Gelar coach atau pelatih adalah gelar atau sebutan yang memancarkan rasa hormat, respek, status dan tanggung jawab. Gelar coach seringkali bisa berlanjut meskipun tugas sebagai coach sudah usai. Sekali kita coach, selamanya  kita adalah coach bagi peserta didik kita, bagi rekan dan bagi masyarakat.
Peserta didik menganggap bahwa seorang pelatih adalah ahli dalam segala hal dan pandai memainkan peran sesuai dengan kecabangan olahraganya. Dan banyak peserta didik yang ingin seperti pelatihnya kalau kelak ia menjadi pelatih, terutama bagi pelatih yang sukses prestasi dan berkepribadian, tetapi ada juga peserta didik yang bersumpah tidak akan berbuat seperti pelatihnya dulu, biasanya pelatih yang gagal dan berkepribadian buruk. Akan tetapi apa yang diperoleh dari pelatihnya akan senantiasa membekas pada peserta didik.
Pelatih mempunyai peran sebagai guru, bapak dan teman. Sebagai guru ia disegani, sebagai bapak ia dicintai dan sebagai teman ia yang dipercaya menjadi tempat mencurahkan hati (curhat)  .
Di bawah ini akan diuraikan beberapa tugas utama dan kepribadian yang perlu diperhatikan oleh seorang pelatih.

1.    Perilaku
        Pertama–tama perilaku pelatih haruslah bebas dari cela dan cerca. Dia harus ingat bahwa baik anak didiknya maupun masyarakat memandang dirinya sebagai seorang manusia model (role model). Hampir setiap gerak pelatih akan diamati oleh peserta didik maupun oleh masyarakat. Pelatih harus hidup dengan falsafah sebagaimana yang dia minta dari peserta didik; dia harus mendemonstrasikan nilai–nilai yang diajarkannya. Pelatihan olahraga dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan oleh seorang pelatih di sekolah juga harus dapat mentransformasi nilai–nilai perilaku yang baik kepada peserta didiknya, sehingga peserta didik akan bersifat sportif, hormat dan menghargai lawannya.

2.    Kepemimpinan
        Pelatih harus dapat bersikap tegas, tidak meragukan, apalagi mencurigakan. Seorang coach yang baik akan selalu memperlihatkan wibawanya sebagai seorang pemimpin dan sifatnya sebagai orang yang sportif, meskipun timnya dalam kondisi kritis, meskipun peserta didiknya banyak melakukan kesalahan, meskipun keputusan wasit dirasakan berat sebelah. Keteguhan sebagai seorang pemimpin harus tetap dipegang , baik setelah kemenangan maupun kekalahan. Pelatih harus dapat mengambil peran yang tepat pada saat latihan maupun pertandingan dalam kondisi sesulit apapun, sebab peserta didik (di sekolah) akan turut komando pelatihnya. Apalagi dalam pertandingan olahraga antar sekolah yang rawan tawuran, kepemimpinan pelatih sangat penting dalam mencegah hal–hal buruk yang akan terjadi.

3.    Pengetahuan dan keterampilan
        Tinggi rendahnya prestasi peserta didik banyak tergantung dari tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelatihnya. Ungkapan ini sangat tepat sebab pengetahuan pelatih tentang bentuk–bentuk formasi permainan, strategi pertahanan dan penyerangan haruslah sedemikian rupa sehingga hampir tidak mungkin regu lawan akan dapat mengacaukan regunya dengan suatu penyerangan atau pertahanan yang tidak dikenalnya. Dalam pertandingan–pertandingan antar sekolah, kelebihan pengetahuan dan keterampilan pelatih akan sangat membantu kesuksesan tim olahraga sekolah tersebut. 

4.    Keseimbangan Emosional
        Kesanggupan untuk bersikap wajar, lugas, dan layak dalam keadaan tertekan atau terpaksa merupakan suatu ukuran keseimbangan emosional dan maturitas seseorang. Dalam tugas kita sebagai pelatih yang berfungsi sebagai pembimbing dan pengasuh peserta didik (Siswa di sekolah) yang merupakan anak–anak muda yang dalam keseimbangan emosional yang belum matang, penting bagi kita untuk tetap berkepala dingin, bukan hanya pada waktu latihan dan pertandingan, akan tetapi di luar itu. Sudah wajar kalau ada situasi–situasi yang dapat menimbulkan marah dan frustasi pada kita. Dan wajar pula kalau reaksi kita adalah marah dan frustasi, karena hal itu adalah emosi manusiawi. Akan tetapi yang perlu kita perlihatkan adalah bahwa dalam situasi demikian itu, kita tetap dapat mengendalikan emosi kita, terutama sekali emosi peserta didik kita menghadapi situasi yang demikian dan bukan melampiaskannya dengan maksud untuk kepuasan kita atau balas dendam.

5.    Humoris.
        Kemampuan untuk membuat orang lain merasa rileks dengan jalan memberikan humor atau lelucon yang sehat dan menyegarkan merupakan faktor penting guna mengurangi ketegangan dan membangkitkan optimisme baru, baik dalam latihan maupun sebelum dan sesudah pertandingan. Perlu diingat bahwa kita melatih peserta didik yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis, dengan memberikan kegembiraan dalam latihan dengan humor yang sehat akan membawa hasil yang positif bagi perkembangannya. Kalau perlu kita sebagai pelatih belajar bahasa gaul agar interaksi kita dengan mereka menjadi lebih hangat lagi.

Sebenarnya masih banyak lagi kepribadian pelatih yang lainnya, yang dapat kita ungkap dalam edisi majalah kita yang akan datang. Akhirnya mari kita menjadi pelatih yang the best of the best.

Penutup
Terbentang luas pengabdian dan tugas kita di sekolah, di samping kita menjadi guru, pembimbing dapat pula kita berperan sebagai pelatih pada saat kegiatan ekstrakurikuler. Dengan menjadi pelatih olahraga banyak pengalaman dan pembelajaran yang kita dapatkan dan amalkan sesuai dengan bidang kepelatihan kita. Pengalaman yang terpenting adalah interaksi yang terus–menerus dan pengamatan perkembangan dari hasil latihan peserta didik kita, sedangkan pembelajaran yang terpenting adalah kita mempersiapkan peserta didik untuk mengasah minat, bakat dan keterampilan mereka menuju hantaran menjadi peserta didik profesional yang dapat mengharumkan bangsa dan negara. Mampukah kita?

*) Penulis adalah staf Seksi Evaluasi dan Instruktur Penjasorkes PPPPTK Penjas dan BK

DAFTAR PUSTAKA
1.     Permendiknas No 22/2006 tentang Standar Isi.
2.     Drs. Harsono, M. Sc. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching, tahun 1988
3.     PASI, Pengenalan Kepada Teori Kepelatihan, 1993 
4.     Tudor O. Bompa, PhD, Periodization: Theory and Methodology  of Training, 4th edition,tahun 1994.

Asas logika berfikir Keimanan

Sebagian besar orang-orang sering menuangkanpikiran nya kedalam bentuk tulisan, perkataan, obrolan, isyarat dan lain sebagainya.
Pikiran yang disampaikan itu tentu beraneka ragam adanya, ada yang kelihatannya bagus dan masuk akal, Ada juga yang kelihatan bagus tapi tidak masuk akal, ada juga yang kelihatannya tidak bagus tapi masuk akal dan ada juga yang tidak bagus dan tidak masuk akal pula Description: :)
Sekarang bagaimana cara kita untuk membedakan manakah buah pikiran yang bagus dan manakah buah pikiran yang ngaco?
Untuk membedakannya kita bisa menggunakan atau menerapkan  patokan-patokan dan hukum-hukum logika yang sudah ada. Hukum, patokan dan rumus logika sering juga disebut dengan Asas Berpikir.
Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti, atau bisa juga disebut sebagai pondasinya sesuatu dimana sesuatu itu bermula.
Dalam hal ‘asas pemikiran’ , maka yang disebut dengan asas pemikiran adalahpengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benar nya suatu pemikiran tergantung kepada salah benarnya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada pengetahuan danilmu.
Asas berpikir itu dapat dibedakan menjadi 3 asas,
Pertama, Asas Identitas (Principium Identitatis) yaitu sebuah patokan dasar yang paling mendasar. Patokan yang dipatok oleh asas identitas mengatakan bahwa segala sesuatu itu adalah dirinya sendiri BUKAN yang lainnya. Contohnya, Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu adalah A, maka ia adalah A,  bukan B, C, D, ataupun yang  lainnya. Identititas A adalah A sendiri.
Kalau kita mengakui nama pacar kita adalah Siti, maka yang dimaksud dengan nama Siti adalah Siti yang menunjukkan identitas seseorang yang menjadi pacar kita itu, bukan Siti yang lainnya dan bukan pula Siti yang isterinya tetangga Description: :)
Kedua, Asas Non kontradiksi (Principium contradictoris) yaitu sebuah aturan dasar yang mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu TIDAK MUNGKIN sekaligus sebagai pengakuan terhadap sesuatu itu. Misal kita mengatakan benda itu BUKAN A, maka tidak mungkin sekaligus kita mengakui benda itu adalah A sebab realitasnya A yang kita maksud adalah A yang sama sebagaimana yang dimaksud oleh Asas Identitas, bahwa segala sesuatu itu adalah dirinya sendiri.
Dengan kata lain bisa dirumuskan bahwa tidak mungkin dua kenyataan yang kontradiksi menyatu secara bersamaan sekaligus dan simultan. Tidak mungkin menyatu realitas kontradiktif sekaligus pada detik yg sama, tertawa sekaligus menangis, pergi sekaligus tidak pergi dan seterusnya. Asas berpikir pada patokan ini mengatakan bahwa “Tidak ada pernyataan yang sekaligus benar dan salah”
Ketiga, Asas penolakan kemungkinan ketiga (Principium exlusi tertii) yaitu sebuah aturan mendasar yang mengatakan bahwa antara pengingkaran dan pengakuan maka kebenaran terletak pada salah satunya.  Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak, karena itu disamping tidak mungkin benar keduanya juga bisa dipastikan tidak mungkin salah keduanya. Asas ini menolak kemungkinan ada kebenaran yang ketiga.